Artikel Motivasi; Bukan Sekadar Puisi
Artikel Motivasi; Bukan Sekadar Puisi
SeputarPembahasan.Com- Cara mengekspresikan diri tidak hanya melalui tindakan dan perkataan, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara menuliskannya dalam bentuk puisi. Melalui puisi, seseorang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan dengan bebas.
Baca Juga: Seputar Pembahasan Menulis Esai
Bahkan, puisi juga dapat menjadi hiburan baik bagi penulis maupun pembacanya. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan, puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Seorang penulis puisi memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya. Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama.
Sejak pendidikan dasar, saya telah dikenalkan dengan puisi. Saat itu, saya duduk di kelas empat sekolah dasar. Wali kelas saya memberi tugas untuk membuat puisi berdasarkan singkatan nama masing-masing siswa. Menurut beliau, hal tersebut dapat membuat kami menjadi lebih bangga terhadap nama sendiri. Tanpa diduga, ternyata puisi saya merupakan puisi terbaik di kelas. Suatu hari wali kelas menunjuk saya untuk mengikuti lomba menulis puisi, tetapi keberuntungan tidak di pihak saya.
Meskipun saya kalah dalam perlombaan itu, semangat untuk mengikuti lomba puisi tidak luntur. Saya terus berlatih menulis puisi yang bagus dan mengikuti beberapa lomba hingga duduk di kelas enam. Namun, kekalahan selalu menjadi hasil dari jerih payah saya. Saya pun menjadi patah semangat dan tidak menulis puisi lagi. Saya merasa menulis puisi bukanlah bakat saya, hingga SMP banyak event lomba puisi yang saya lewatkan begitu saja. Saya lebih sibuk pada kegiatan ekstrakurikuler.
Ketika duduk di bangku SMA, guru Bahasa Indonesia mengajarkan puisi dan prosa secara lebih luas. Tampaknya guru saya mengetahui bakat terpendam saya. Di SMA ada sebuah event yang disebut Festival Lomba Seni Siswa Nasional atau yang sering disingkat dengan FLS2N. Guru bahasa pun memotivasi saya untuk ikut event itu, saya merasa terpanggil lagi untuk menulis puisi. Tetapi rasanya sulit sekali untuk menuangkan segala imajinasi dan ide yang ada di kepala saya, menulis satu kata saja beratnya seperti memikul sekarung beras.
Menyesal sekali rasanya tidak pernah berlatih membuat puisi, hingga tangan, otak dan segala ide sulit sekali untuk diajak kerja sama. Ketika ada ide, tetapi tangan sibuk main ponsel, ketika tangan semangat untuk menulis tetapi otak tidak memberikan ide sama sekali, ketika rasa ingin menulis menggebu-gebu, tangan dan otak seperti terkena sindrom malas menulis. Saya hampir menyerah saat itu, saya merasa takut jika tidak mendapat ide apa pun saat lomba sedang berlangsung. Namun, guru saya tidak henti-hentinya memberi motivasi. Motivasi itulah yang membuat saya bangkit dan ingin sekali menulis puisi.
Guru saya berpesan, jika saya ingin menulis puisi, saya harus memahami tema dari puisi yang dilombakan tersebut. Kemudian, saya membayangkan segala hal yang ada pada tema itu. Terlebih, saya membayangkan diri saya sebagai pelaku dari puisi tersebut. Dengan begitu, saya dapat merasakan kekesalan, kekecewaan, keraguan, kebahagiaan, kesenangan maupun kebimbangan, dan kegalauan yang menginspirasi puisi yang saya tulis. Meskipun pada awalnya tulisan saya tidak runtut, saya tetap menuliskan ide saya dalam bentuk coretan. Setelah itu, barulah saya memperbaiki kalimat dan menggunakan diksi yang lebih baik agar puisi saya terbaca. Pesan guru tersebut saya terapkan dalam lomba yang saya ikuti. Hasilnya saya mendapat juara III tingkat kabupaten, walaupu terbilang biasa-biasa saja, saya merasa bangga karena dapat mengalahkan beberapa siswa dari seluruh SMA yang ada di kabupaten saya.
Keikutsertaan saya dalam menulis puisi tidak sampai di situ saja, saya juga mengikuti event-event lomba puisi lainnya. Walaupun sering mengalami kekalahan, karena lawan-lawan saya sudah lebih lama dan mahir di bidang puisi. Meskipun demikian, beberapa puisi saya pernah dimuat dalam beberapa buku antologi puisi.
Tidak hanya untuk sekadar ikut lomba saja, puisi bagi saya merupakan tempat curhat setelah Tuhan, kita bisa merangkai kata lebih indah dan apik, kita bisa meluapkan segala bentuk kekesalan dan kebahagiaan. Termasuk ikut mengungkapkan pendapat kita terhadap bangsa yang sekarang agak kacau balau, yang membuat masyarakat sulit membedakan antara yang benar dan yang salah. Dalam setiap makna yang di torehkan dalam puisi, rangkaian kata yang memadu dan menyentuh hati. Puisi dapat menyadarkan setiap orang akan pentingnya persatuan dan kesatuan.
Demikianlah Artikel Motivasi; Bukan Sekadar Puisi yang ditulis oleh Intan Sintiana. Seorang perempuan yang lahiran 24 Mei 1999, lulusan SMAN 5 Batanghari. Pernah Juara III Lomba Cipta Pusi FLS2N, dan salah satu Puisinya dimuat dalam Buku Antologi,“Lelaki Yang Membanting Matanya”. Semoga bisa menjadi inspirasi.
0 Response to "Artikel Motivasi; Bukan Sekadar Puisi"
Posting Komentar